DEWA SEKS KESEPIAN - Ibu Cantik Kesepian Sudah Lama Tidak Mendapatkan Kenikmatan
DEWA SEKS KESEPIAN - Sudah nyaris setahun bermukim di
lokasi kost bu Nita. Bisa bermukim di lokasi kost ini tadinya secara tidak
sengaja ketemu bu Nita di pasar. Waktu tersebut bu Nita kecopetan, trus teriak
dan kebetulan Hendri yang ikut menolong menciduk copet dan mengembalikan isi
kantong bu Nita.
Bu Nita cukup baik terhadap Hendri,
kelewat baik malah, sebab sampai ketika ini Hendri telah telat bayar kontrak
lokasi tinggal 3 bulan, dan bu Nita masih adem-adem aja. Mungkin masih teringat
bantuan waktu itu. Tapi malah Hendri yang gak enak, tapi inginkan gimana, lha
emang fulus lagi seret. kesudahannya Hendri lebih tidak sedikit menghindar guna
ketemu langsung dengan bu Nita.
Sampai satu hari…… waktu tersebut
masih senja jam 4. Hendri masih tidur-tiduran dengan malasnya di kamarnya. Tempat
kost tersebut berupa kamar istirahat dan kamar mandi di dalam. Terdengar pintu
kamarnya di ketok… tok..tok..tok.. kemudian suara bu Nita yang
manggil,”HEN…Hendri… terdapat di dalem gak?” Sontak Hendri bangun, wah dapat
berabe kalo nanyain fulus sewa kamar nie, pikir Hendri.
Dengan cepat meraih handuk, pura-pura
lagi mandi aja ah, ntar pun bu Nita pergi sendiri. Setelah masuk kamar mandi
kembali tersiar suara bu Nita ,” Hendri lagi istirahat ya..?” dan dari kamar
mandi Hendri menyahut tidak banyak teriak,” lagi mandi bu….”
Sesaat tidak terdapat sahutan, tapi
lantas suara bu Nita jadi dekat,”ya udah mandi aja dulu HEN, ibu tunggu di
sini ya…” eh ternyata masuk ke kamar, Hendri tadi gak mengunci pintu. “busyet
dah, darurat bener-bener mesti mandi nie,”pikir Hendri.
Sekitar lima belas menit Hendri di kamar
mandi, sengaja mandinya agak dilamain dengan maksud siapa tau bu Nita jenuh
trus gak jadi nunggu. Tapi rasanya sia-sia lama-lama toh bu Nita kelihatannya
masih menunggu.
Akhirnya keluar pun Hendri dari kamar
mandi, dengan melulu handuk yang melilit di pinggang, tidak gunakan celana
dalem lagi, maklum tadi gak sempet ambil sebab terburu-buru.
Bu Nita tersenyum manis menyaksikan Hendri yang salah tingkah,”lama pun kamu mandi ya HEN…” bu Nita membuka
pembicaraan. “pasti bersih banget mandinya ya…” gurau bu Nita seraya sejenak
melirik dada bidang Hendri .
“ah ibu dapat aja… biasa aja kok bu..,
oia terdapat apa ya bu..?” jawab Hendri sekenanya saja sambil memungut duduk di
pinggiran lokasi tidur.
Bu Nita menghampiri dan duduk di
samping Hendri, “Cuma inginkan ngingetin aja, duit sewa kamarmu dah telat 3 bulan
lho… trus inginkan ngobrol-ngobrol aja sama kamu, kan dah lama gak ngobrol,
anda sie pergi mlulu…”ucap bu Nita . Hendri jadi kikuk,”wahduh… kalo duit sewanya
ntar aku bayar angsur boleh gak bu? Soalnya lagi seret nie…” jawab Hendri dengan
tidak banyak memohon.
Bu Nita terlihat tidak banyak berpikir…”mmmm…
boleh deh, tapi tidak boleh lama-lama ya… emang uangmu di pakai guna apa sie?”
tampak bu Nita tidak banyak menyelidik. “hmmm… tentu buat cewe mu ya…”dia
terlihat tidak cukup senang.
“ah nggak pun kok bu….. saya emang
lagi terdapat keperluan,” jawab Hendri hati-hati menyaksikan raut wajah bu Nita
yang tidak cukup senang.
“huh…laki-laki sama aja, kalo lagi
terdapat maunya, apa aja tentu di kasih pada wanita yang lagi di dekatinya,
hhhh… sama aja dengan suamiku….”keluh bu Nita dengan nada kesal.
Waduh nampaknya bu Nita lagi marahan
nie sama suaminya, jangan-jangan amarahnya tercurah pula sama Hendri. Dengan
cepat Hendri menjawab,”tapi saya janji kok bu, bakal saya lunasi kok…”
“hhhhh….”bu Nita menghela
nafas,”udahlah HEN, gak apa-apa kok, gak di tunaikan juga kalo buat anda ga
masalah… ibu Cuma lagi kesel aja sama suamiku, dia hanya perhatiannya sama
Jessi terus… aku laksana gak dirasakan lagi, mentang-mentang Jessi jauh lebih muda
ya.”
Sedikit keterangan bahwa bu Nita ini
istri kesatu dari pak Hansen, sementara istri dua-duanya bu Jessi. Dan kini
sepertinya pak Hansen lebih tidak jarang tinggal di rumahnya yang satu lagi
bareng bu Jessi dan bu Nita tampaknya udah mulai kesepian nie-
“wah kalo masalah family sie aku tidak
cukup paham bu…. “jawab Hendri kikuk
“gak apa-apa HEN, ibu melulu mau
curhat aja sama kamu… boleh kan HEN?” suara bu Nita sendu. Agak lama terdiam,
tersiar tarikan nafas bu Nita terasa berat, dan tidak banyak sesunggukan, waduh
lama-lama dapat nangis nie, gawat dong pikir Hendri.
“udah bu tidak boleh terlalu
dipikirkan, nanti pun pak Hansen pulang lagi kok, kan ibu pun gak kalah
cantiknya sama bu Jessi,”Hendri bermaksud menghibur.
“ah anda HEN… emang ibu masih cantik
menurutmu?” bu Nita menatap sendu ke arah Hendri, tampak dua butir air mata
mengalir di pipinya. Uhh…. hendak rasanya Hendri menghapus air mata itu, pak Hansen emang keterlaluan masa perempuan cantik nan elok laksana ini dianggurin
sie, jajaki Hendri bisa melakukan sesuatu… busyet… Hendri memaki dalam hati…
“kenapa benak gua jadi kotor gini.”
Dengan tidak banyak gugup Hendri menjawab,”mmm…eee…iya kok bu, ibu masih cantik, kalo masih gadis barangkali aku
yang duluan tergoda.” Uupsss …. Maksud hati hendak menghibur, namun kenapa
ucapan-ucapan yang menggoda yang terbit dari mulut… gerutu Hendri dalam hati. Hendri jadi panik, jangan-jangan bu Nita marah dengan perkataan Hendri.
Tapi ternyata Hendri salah, sebab bu
Nita tersenyum, manis sekali dengan barisan gigi yang putih dan rapi,”ih Hendri dapat aja menghibur…. Iya pun sie, kalo masih gadis dapat aja tergoda, pantes
aja suamiku gak ngelirik aku lagi, bis nya dah tua sie…” rona wajah bu Nita
berubah kecil hati lagi,”kalo menurutmu HEN, apa ibu emang gak unik lagi…?”
seraya berdiri dan menyimak tubuhnya lantas menatap Hendri mohon penilaian.
Terang aja Hendri kian kikuk,”wah aku inginkan ngomong apa ya bu…? Takutnya nanti
di bilang lancang lho… namun kalo inginkan jujur…. Ibu cantik banget, laksana
masih 30an deh.”
Bu Nita tampaknya senang dengan pujian
itu,”hmmm.. anda ada-ada aja saja… ibu udah 43 lho.. emang Hendri liat dari
mananya dapat bilang begitu?”
Hendri jadi cengar cengir,” ….itu
evaluasi laki-laki lho bu, saya malu bilangin nya.”
Bu Nita pulang duduk mendekat,
sekarang justeru sangat dekat nyaris merapat ke Hendri seraya berkata,” ah.. gak
butuh malu…. Bilang aja…”
Nafas Hendri terasa sesak, badan nya
terasa panas dingin menghadapi tatapan bu Nita , matanya estetis dengan bulu
mata yang lentik, sesaat lantas Hendri memindahkan pandangan ke arah tubuh bu
Nita mencari dalil penilaian tadi, uups
baru deh Hendri menyimak bahwa bu Nita menggunakan baju terusan laksana daster namun
dengan lengan yang berupa tali dan diikat simpul di bahunya.
Hmmm .. kulit tersebut mulus kuning
langsat dengan tali baju dan tali bra yang saling bertumpuk di bahu, pandangan Hendri berpindah ke unsur depan uupss… tampak belahan dada yang hmmm… kelihatannya
buah dada tersebut lumayan besar.
Sentuhan lembut tangan bu Nita di paha Hendri yang masih dibalut handuk cepat menyadarkan Hendri. Dengan sarat selidik bu
Nita bertanya,”lho… kok jadi takjub sie..? apa dong alasannya tadi bilang ibu
masih 30an…”
Hendri tidak banyak tergagap sebab
merasa ketahuan terlampau lama memandangi tubuh bu Nita,”mmm… eeemm.. ibu
benar-benar masih cantik, kulitnya masih kencang… masih paling menggoda…”
Tidak terdapat jawaban dari mulut bu
Nita, melulu pandangan mata yang sekarang saling beradu, saling tatap untuk
sejumlah saat… dan laksana ada magnet yang kuat, wajah bu Nita kian mendekat,
dengan bibir yang semakin merekah.
Hendri juga seakan terbawa suasana, dan
tanpa komando lagi, Hendri menyambut bibir merah bu Nita, desahan nafas mulai
terasa berat hhhh…hhhh…ciuman terus meningkat dahsyat, bu Nita menjulurkan
lidahnya masuk menerobos ke mulut Hendri, dan dijawab dengan lilitan lidah Hendri sampai-sampai lidah itu berpilin-pilin dan lantas deru nafas semakin berat
terasa.
Dengan naluri yang alami, tangan Hendri merambat naik ke bahu bu Nita, dengan sekali tarik, terlepas tali pengikat baju
di bahu itu dan dengan lembut Hendri meraba bahu bu Nita hingga ke lehernya….
Kemudian turun ke arah dada, dengan
remasan lembut Hendri meremas payudara yang masih terbungkus bra itu.
“hhhhh…hhhh” nafas bu Nita mulai terasa menggebu, nampaknya gairah birahinya
mulai memuncak. Jemari lentik bu Nita tak ketinggalan meraba dan membelai
lembut dada Hendri… melingkari pinggang Hendri, menggali lipatan handuk,
berkeinginan membukanya…
Uupps…. Hendri tersentak dan
sadar….,”ups…hhh… maaf bu… maaf bu… saya terbawa suasana….” Hendri tertunduk tak
berani menatap bu Nita sambil membereskan kembali handuknya, baru lantas dengan
tidak banyak takut menyaksikan ke arah bu Nita.
Terlihat bu Nita juga agak tersentak,
namun tidak berjuang merapikan pakaiannya, sampai-sampai tubuh unsur atas yang
melulu tertutup bra itu tidak dipedulikan terbuka. Pemandangan yang
menakjubkan. “napa HEN… kita telah memulainya… dan anda sudah membangunkan
kembali gairah ibu yang lama terpendam… anda harus menyelesaikannya HEN…”
tatapan bu Nita tampak semakin sendu…
“mmm… ibu gak marah..? gimana nanti
kalo terdapat yang lihat bu… dapat gawat dong… pak Hansen juga dapat marah besar
bu…” jawab Hendri.
Tanpa membalas bu Nita bangkit
berdiri, namun sebab tidak membereskan pakaiannya, otomatis baju terusan yang
digunakan jadi melorot jatuh ke lantai. Hendri terpana menyaksikan tubuh estetis
itu, tidak banyak berlemak di perut dan bokongnya namun tersebut malah
meningkatkan seksi lekuk tubuh bu Nita. Kemudian dengan tenang bu Nita
melangkah ke arah pintu kamar dan menguncinya.
Saat berlangsung membelakangi Hendri tersebut nampak gerakan bokong bu Nita naik turun, dan perasaan Hendri semakin
tegang dengan nafsu yang semakin tak tertahankan, demikian pun saat bu Nita
berbalik dan melangkah kembali mengarah ke tempat tidur, Hendri tidak mencungkil
sedikit juga gerakan bu Nita. Sampai bu Nita berdiri dekat di depan Hendri dan
berkata,”kamarnya udah di kunci HEN, dan gak terdapat yang bakal mengganggu….”
Hendri tidak langsung menjawab,
menghidupkan tape dengan suara yang agak besar, paling tidak guna menyamarkan
suara yang terdapat di ruangan. Bu Nita pulang duduk di pinggiran lokasi tidur,
dan membuka bra yang digunakannya. Hendri menghampiri dan duduk di samping bu
Nita… hmmm… nampak payudara tersebut masih montok dan kenyal, hendak Hendri langsung melahap dengan mulut dan menjilatnya.
Bu Nita yang mengawali gerakan dengan
melingkarkan lengannya ke leher Hendri, unik wajah dan langsung melumat bibir Hendri dengan nafsu yang membara. Hendri menjawab dengan tidak kalah sengit, seraya
meladeni serangan bibir dan lidah bu Nita, tangan Hendri meremas payudara montok
kepunyaan bu Nita. Desahan nafas menderu di seputar ruangan, diselingi buaian
musik meningkatkan gairah.
Setelah sejumlah saat, bu Nita
mendorong lembut badan Hendri, menyudahi peperangan mulut dan lidah, dengan nafas
yang memburu. Hendri mendorong lembut tubuh bu Nita, berbaring terlentang dengan
kaki tetap menjuntai di pinggiran lokasi tidur.
Dada yang sarat dengan gunung kembar
tersebut seakan menantang dengan puting yang sudah tegang. Tanpa menantikan
lagi Hendri mengemban tugasnya menjelajahi gunung kembar tersebut mulai dari
lembah antara, melingkari dan mengarah ke puncak puting.
Dengan gemas Hendri menyedot dan
memainkan puting susu tersebut sambil tangan meremas payudara kembarannya…
“HHHH…. AHHH….MMMH….”suara bu Nita mulai kencang terdengar, desahan-desahan
nikmat yang semakin menggairahkan. Hendri melanjutkan penjelajahan dengan menyusuri
lembah payudara mengarah ke perut dan sebentar memainkan lidah pada udel bu
Nita yang menggelinjang kegelian.
Hendri menghentikan penjelajahan lidah,
lantas dengan tangkas menarik celana dalam bu Nita, mencungkil dan melemparkan
ke lantai. Dengan spontan bu Nita mengusung kaki ke atas lokasi tidur dan
memuka lebar pahanya, tampak gundukan vagina dengan rambut-rambut yang teratur
rapi.
Hendri mulai pulang aksi dengan
menjilati menyusuri paha bu Nita yang halus mulus, terus menghampiri ke
selangkangan mendatangi bibir vagina yang mulai menerbitkan cairan senggama.
Tanpa menantikan lama, Hendri menyapu
cairan senggama tersebut dengan lidahnya dan meneruskan penjelajahan lidah
sepanjang bibir vagina bu Nita dan sesekali menggetarkan lidah pada klitorisnya
yang menciptakan bu Nita merintih kenikmatan,”AHHHH…. MMMMH… HHH… HEN….UHH…”desahan birahi yang memuncak dari bu Nita menciptakan Hendri semakin
energik dan sesekali lidah di julurkan mengupayakan masuk ke liang senggama
yang menanti pemenuhan itu.
Setelah sejumlah menit Hendri mengeksplorasi liang kewanitaan itu, nampaknya bu Nita tidak sabar lagi
menuntut pemenuhan hasrat birahinya,”HEN…. Ayo sayang… masukkin HEN…
hhhh…mmmmh.” Suara bu Nita ditingkahi desahan-desahan yang semakin kencang.
Dengan tenang Hendri menyudahi
penjelajahan lidah dan bersiap bertempur yang sesungguhnya. Dengan sekali tarik
lepaslah handuk yang melilit di pinggang dan bebas mengacung penis dengan unsur
kepala yang merah mengkilap.
Bu Nita semakin membuka lebar pahanya,
besiap menanti pemenuhan terhadap liang wanitanya. Hendri naik ke lokasi tidur
dan langsung menunjukkan batang penis ke arah vagina bu Nita yang dengan sigap
lansung meraih dan meremas batang kemaluan Hendri dan menolong mengarahkannya
tepat ke liang vaginanya.
Dengan sekali desakan penis Hendri amblas hingga setengahnya. Hendri menyangga gerakan sebentar merasakan prosesi
masuknya penis yang disambut desahan bu Nita,” AHHH….TERUSKAN HEN….AHHH.”
lantas dengan meresapi masuknya penis hingga sedalam-dalamnya.
Setelah desakan kesatu dan batang
zakar yang masuk seluruhnya barulah Hendri memompa menaik turunkan pantat dengan
irama beraturan seakan mengekor irama musik yang terasa semakin menggebu dan
hot.
Hendri bertumpu pada kedua siku lengan
sementara bu Nita mencengkam punggung Hendri , meresapi desakan dan tarikan penis
yang bergerak nikmat di liang senggamanya. Suara desahan bercampur aduk dengan
buaian musik dan peluh mulai mengalir turun di sekujur tubuh,”AH..AH..AH..MMH…MHH…HHHH.”
tak hentinya desahan meluncur dari bibir Hendri dan bu Nita.
Sesaat Hendri menghentikan gerakan untuk
mengupayakan mengambil nafas segar, bu Nita mendekap Hendri dan menggulingkan
badan tanpa melepas penis yang tetap sedang di liang vaginanya. Dengan posisi
di atas dan separuh berjongkok, bu Nita memompa dan menaikturunkan pantatnya
dengan badan bertumpu pada lengan.
Sesekali bu Nita memutar pantatnya dan
lantas memasukkan batang zakar Hendri lebih dalam. Hendri tak diam saja, tangan
meremas kedua payudara yang menggantung bebas dan menarik-narik puting susu bu
Nita.
Suasana kian membara dengan peluh yang
bercucuran, sampai ketika bu Nita laksana tak mampu melanjutkan pompaan sebab
birahi yang berkeinginan mencapai puncak pemenuhan. Dengan sigap Hendri mengembalikan posisi, bu Nita pulang berada di bawah, dengan mempercepat tempo
desakan Hendri meneruskan pertempuran.
“HEN…AHH..AH..AH..UH…TERUS HEN….
AHHH…AHH IBU SAMPAI…HEN….AHHHHHHHHH… MMMMMHHH.” Setelah teriakan terbendung bu
Nita mengatup bibirnya merasakan orgasme yang didapat, tubuhnya tidak banyak
bergetar. Hendri merasa vagina yang merasakan orgasme tersebut berkedut-kedut
laksana menyedot zakarnya.
Hendri menikmatinya dengan memutar
–mutar pantatnya dan memasukkan lebih dalam lagi batang zakarnya, dan terasa
ada desakan kuat menyelimuti batang zakarnya, semakin besar dan sesaat Hendri pulang mendorong batangnya dengan cepat dan ketika terakhir menarik terbit
batanga zakarnya dan mencungkil air maninya di atas perut bu Nita…. Yang dengan
cepat meraih penis Hendri dan mengocoknya hingga air mani tersebut berhenti
muncrat, dengan lembut bu Nita mengelus penis yang mulai turun ketegangannya. Hendri membaringkan tubuhnya disamping bu Nita. Terdiam untuk sejumlah saat.
Cerita Seks Dewasa – Bu Nita bangkit duduk
meraih kain di pinggiran lokasi tidur dan menyeka saldo air mani di perutnya.
Kemudian dengan manja membaringkan tubuhnya diatas Hendri . “makasih ya sayang…
ini rahasia anda berdua… I love u HEN,” bisik mesra bu Nita di telinga Hendri .
“mmm…baik bu…”belum sempat Hendri menuntaskan ucapannya, jari telunjuk bu Nita menempel di bibirnya, “kalo lagi
berdua gini tidak boleh pangil ibu dong…”ucap bu Nita manja.
“iya sayang….” Balas Hendri , senyum
manis merekah di bibir seksi bu Nita.
Setelah tersebut dengan cepat Hendri dan
bu Nita membereskan pakaian, dan sebelum meninggalkan Hendri , bu Nita berbisik
mesra,”sayang… tar malem suamiku gak terdapat di rumah….. aku tunggu di kamar
ya… berapa ronde juga dilakoni bikin Hendri sayang.”
Sambil berdekapan mesra, Hendri menyanggupi anjuran bu Nita.