DEWA SEKS NENEK - Bercinta Dengan Seorang Nenek Yang Ku Sebut namanya Sinta Adalah Mertua Saya


DEWA SEKS NENEK - Sebuah cerita seks kisah dewasa lumayan gila, seorang lelaki bersetubuh dengan neneknya dan pun tantenya sendiri. Aku Budi. Beberapa waktu kemudian aku pernah bercerita mengenai nenek Maya yang cantik (istri dari adik kakekku). Setelah menciptakan affair dengan nenekku, aku pun merasakan kesenangan adik dan sepupu nenek. Salah satunya dengan Tante Sinta, usianya 38 tahun. Sekarang aku inginkan berbagi kisah nyata mengenai affairku dengan Tante Sinta ini.

Sejak bermukim dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal sex, pun soal duit. Sampai suatu saat rumah nenek kedatangan tamu dari Manado, namanya Tante Sinta. Berdasarkan keterangan dari nenek Tante Sinta ini tinggalnya di desa jadi agak kolot gitu. Tapi pas kesatu dikenalkan, aku tidak menyaksikan wajah desa dari Tante Sinta. Raut muka yang cantik (nggak bertolak belakang jauh dengan nenek Maya) dengan postur yang semampai apalagi putih bersih menciptakan orang tidak mengira bila Tante Sinta ialah wanita desa. Satu-satunya yang dapat meyakinkan bila Tante Sinta orang desa ialah logat bahasanya yang bener-bener medok.
Akupun langsung akrab dengan Tante Sinta sebab orangnya lucu dan suka humor. Bahkan aku tidak jarang ngeledek sebab dialeknya yang ngampung itu. Wajahnya keliatan agak Indo dengan tinggi kutaksir 162 cm.

Pinggangnya langsing, lebih langsing dari nenek Maya, dan yang buat pikiran kacau ialah buah dadanya yang cukup gede. Aku nggak tau serupa ukurannya tapi lumayan besar guna menyembul dari balik daster.
Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante Sinta haus sex laksana kakaknya? Kalau kakaknya mau mengapa adiknya nggak dicoba? Akan adalah sebuah empiris sex yang seru kalo aku dapat menidurinya. Pikiran-pikiran seperti tersebut berkecamuk dibenak kotorku. Apalagi dengan bisanya aku istirahat dengan nenekku, (dan tidak sedikit wanita STW) rasanya seluruh wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap bakal lebih gampang ditiduri, melulu dengan tidak banyak pujian dan rayuan.

Dirumah, nenek Maya sudah sejumlah kali wanti-wanti padaku tidak boleh sampe aku perlakukan Tante Sinta sama sepertinya, rupanya Maya cemburu sebab ngeliat kemingkinan tersebut ada. Sampai suatu saat nenek sedang pergi dengan kakek ke Surabaya sekitar dua hari. Sehari sebelum berangkat aku sempat melampiaskan nafsuku bareng Maya di suatu motel deket rumah, biar aman. Disana sekali lagi nenek Maya wanti-wanti. Aku mengiyakan, aku bersusaha meyakinkan.

Setelah nenek dan kakek berangkat aku mulai merangkai rencana. Dirumah bermukim aku, Tante Sinta dan seorang pembantu. Hari kesatu niatku belom berhasil. Bebeapa kali aku menggoda Tante Sinta dengan cerita-cerita menjuurus porno namun Tante nggak bergeming. Saking nggak tahan nafsu hendak menyetubuhi Tante Sinta, malamnya aku jajaki mengintip ketika dia mandi. Dibelakang kamar mandi aku menempatkan kursi dan berencana mengintip dari lubang ventilasi.
Hari mulai malam saat Tante Sinta masuk kamar mandi, aku memutar kebelakang dan mulai melihat kegiatan seorang perempuan cantik didalam kamar mandi. Perlahan kulihat Tante Sinta mencopot daster merah jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata Tante Sinta tidak menggunakan apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang kuidam-idamkan sekarang terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama Tante Sinta membasuk wajahnya. Sejenak dia takjub dan tiba-tiba tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan tersebut mulai merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran menyaksikan adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante Sinta menjeljah masing-masing jengkal tubuhnya yang estetis dan berhenti diselangkangannya. Badan Tante Sinta bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit merintih ohh! Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena Mr. Happy-ku pun sudah menggeliat-geliat, aku menyelesaikan nafsuku dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar aku pun mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.

Dalam sejumlah detik aku memejamkan mata menyangga sensasi kenikmatan. Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante Sinta sedang mendongak menatapku. Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi hendak kabur, dari dalam kamar mandi Tante Sinta memanggilku lirih.
“Budi, nggak baik mengintip,” kata tante Sinta.
“Ma ma maafin,” jawabku gagap.
“Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..,” kata Tante Sinta lagi seraya tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi.
Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam lokasi tinggal dan sekejab aku telah stand by di depan pintu kamar mandi. Semataku tidak banyak melongok sekeliling fobia ketahuan pembantu. Hampir bersamaan pintu kamar mandi tersingkap dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante Sinta melilitkan handuk ditubuhnya. Tapi sebab handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas terlihat, putih dan paling menggairahkan.
“Kamu pake ngitip aku segala,” ujar Tante Sinta.
“Aku kan nggak enak kalo inginkan ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar, hahaha,” balasku.

Tante Sinta memandangku tajam dan dia lantas menerkam mulutku. Dengan busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak terdapat rasa kalo Tante Sinta tuh orang desa. Ternyata kemahiran nge-sex tersebut tak memandang desa atau kota ya.

Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan estetis yang tadi masih jauh dari cakupan kini bener-bener dekat, bahkat menempel ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri lantas Tante Sinta menunduk dan melahap Mr. happy yang telah tegak kembali. Lama aku dihisapnya, nikat sekali rasanya. Tante Sinta lebih rakus dari nenek Maya. Atau barangkali disinilah letak ‘kampungan’nya, binal dan buas. Bebrapa detik lantas setelah puas mengisapku, tante Sinta memungut duduk dibibir bak mandi dan unik wajahku. Kutau maksudnya. Segera kusibakkan rambut estetis diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku guna dijilat. Jilatanku lantas membuat Tante Sinta menggelepar. Erangan demi erangan terbit dari mulut Tante Sinta.

“Andi anda hebat, pantesan si Maya puas selalu,” cerocos Tante Sinta.
“Emangnya Tante Sinta tau?” jawabku disela kegiatan menjilat.
“Ya nenekmu tersebut cerita. Dan sebelum ke Surabaya dia wanti-wanti tidak boleh menggodaku, dia cemburu tuh,” balas Tante Sinta.
Ups, rupanya rahasiaku telah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu masing-masing jengkal kulit putih mulus Tante Sinta.
“Sedari mula aku telah tau anda mengintip, namun kubiarkan saja, bahkan kusengaja aja tadi pura-pura orgasme guna memancingmu, sebenarnya sih aku belum terbit tadi, heheh anda tertipu ya, namun Bdii, kini masukin yuk, aku bener-bener nggak tahan inginkan keluar,” kata Tante Sinta lagi.
Aku tidak banyak malu pun ketahuan mengintip tadi.
Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan Mr. happy ke vaginanya. Tante Sinta merintih dan merem melek masing-masing kuenjot dengan batang kemaluanku yang telah besar dan memerah. Lama kami bertarung dalam posisi ini, sesekali dia unik tubuhku biar lebih dalam. Setelah puas dengan sensasi ini kami jajaki ganti posisi. Kali ini dalam posisi keduanya berdiri, kaki kanannya diusung dan ditaruh diatas toilet. Agak tidak banyak menyamping kuarahkan Mr. Happy ke vaginanya. Dengan posisi ini kerasa banget gigitan vaginanya ketiga kuenjot terbit masuk. Kami berdekapan dan berciuman sedangkan Mr. Happy masih tetep aktif terbit masuk.


Puas dengan gaya tersebut kami jajaki mengubah posisi. Kali ini doggie style. Sambil membungkuk, tante Sinta menopangkan tangan di bak mandi dan dari belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya sebab batang Mr. Happy seakan diapit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk pantatnya yang mulus dan berisi. Tante Sinta mendesis-desis laksana kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.
Dalam sejumlah menit lantas Tante Sinta memintaku guna tiduran di lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin pun maunya, namun aku tidak bener-bener tiduran sebab punggungku kusenderkan didinding sedangkan kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang Mr. Happy, tidak banyak dikocoknya dan ditunjukkan ke vagina yang telah membengkak. Sedetik lantas dia telah naik turun diatas tubuhku. Rupanya Tante Sinta sangat merasakan posisi ini. Buktinya matanya terpejam dan desisannya menguat.

Lama kubiarkan dia merasakan gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan kumainkan pentil buah dadanya. Dia merintih nikmat. Dan sejenak tiba-tiba raut mukanya berubah rona. Dia meringis, merintih dan berteriak. “Ndy, aku inginkan nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya,” erangnya. Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali. “Ohh,” ditingkah erangan itu, lantas tubuhnya melemah dipangkuanku.
Dalam hatiku culas juga nih Tante, masak aku tidak dipedulikan tidak tuntas. Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi tanpa menarik keluar mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai kuenjot lagi. Dia merintih lagi menemukan sensasi susulan. Uh tante Sinta memang dahsyat, baru sebentar lunglai kini sudah galak lagi. Pinggulnya sudah dapat mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati buaian irama laksana itu, sekarang giliranku inginkan sampai. “Tante aku inginkan keluarin ya”, kataku menyangga gejolak, bergetar suaraku. “Sama-sama ya Ndy, aku inginkan lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh”. Dibalik erangannya, akupun melolong laksana megap-megap. Sejurus lantas kami sudah berdekapan lemas dilantai kamar mandi. Persetan dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku tertidur sejenak dan saat sadar aku segera mengusung tubuh Tante Sinta dan kamipun mandi bersama.

Selesai mandi, kami bingung gimana mesti terbit dari kamar mandi. Takut Bi Ijah tau. Kubiarkan Tante Sinta yang terbit duluan, sesudah aman aku menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, Tante Sinta langsung menysul ke kamarku sesudah mengenakan daster. Aku yang masih telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan babak babak berikutnya. Malam tersebut kami habiskan dengan sarat nafsu membara. Kuhitung ada selama 7 kali kami terbit bersama. Aku sendiri heran mengapa aku dapat orgasme sejumlah itu. Walaupun di ronde-ronde terakhir spermaku telah tidak terbit lagi, namun rasa puas sebab multi orgasme tetap jadi sensasi.

Selama 2 hari nenek Maya di Surabaya, aku habiskan segala keterampilan sexualku dengan Tante Sinta. Sejak kejadian tersebut masih terdapat sebulan tante Sinta bermukim dirumah nenek Maya. Selama tersebut pula aku kucing-kucingan bermain cinta. Aku mesti melayani nenek Maya dan pun bermain cinta dengan Tante Sinta. Semua pengalaman tersebut nyata kualami. Aku nggak merasa capek mesti melayani dua perempuan STW yang keduanya punya nafsu tinggi sebab aku pun menikmatinya.

0 komentar: